Gagal Ginjal Akut

Definisi
Gagal ginjal akut adalah penurunan fungsi ginjal secara tiba-tiba yang biasanya, tapi tidak seluruhnya, reversibel. Gagal ginjal akut merupakan sindrom klinis di mana ginjal tidak lagi mengekskresi produk-produk limbah metabolisme biasanya karena hipoperfusi ginjal. Pada gagal ginjal akut terjadi penurunan fungsi ginjal secara tiba-tiba dalam waktu beberapa hari atau beberapa minggu dan ditandai dengan hasil pemeriksaan fungsi ginjal (ureum dan kreatinin darah) dan kadar urea nitrogen dalam darah yang meningkat. Gagal Ginjal Akut adalah sebagai sindrom klinis akibat kerusakan metabolik atau patologik pada ginjal yang ditandai dengan penurunan fungsi yang nyata dan cepat serta terjadinya azotemia. (Davidson,1984)
Penyakit gagal ginjal ini dapat menyerang siapa saja yang menderita penyakit serius atau terluka dimana hal itu berdampak langsung pada ginjal itu sendiri. Penyakit gagal ginjal lebih sering dialamai mereka yang berusia dewasa, terlebih pada kaum lanjut usia.
Gagal ginjal merupakan penyakit sistemik dan merupakan jalur akhir yang umum dari berbagai penyakit traktus urinarius dan ginjal. (Brunner & Suddarth, 2002: 1443).
Penyakit gagal ginjal akut adalah suatu penyakit dimana ginjal tidak dapat lagi menjalankan fungsinya sebagai organ pembuangan, ginjal secara relatif mendadak tidak dapat lagi memproduksi cairan urine yang merupakan cairan yang mengandung zat-zat yang sudah tidak diperlukan oleh tubuh dan harus dikeluarkan dari tubuh .Gagal ginjal akut biasanya disertai oliguria (pengeluaran kemih <400ml/ hari). (Price and Wilson, 1995 : 885).


Etiologi
Diklasifikasikan dalam 3 kelompok yaitu:
     1.      Praginjal atau sirkulasi. Terjadi akibat kurangnya perfusi ginjal dan perbaikan dapat terjadi dengan cepat setelah kelainan tersebut diperbaiki, misalnya hipovolemia atau hipotensi, penurunan curah jantung, dan peningkatan viskositas darah. Kondisi klinis yang umum yang menyebabkan terjadinya hipoperfusi renal adalah :
  • Penipisan volume
  • Hemoragi
  • Kehilangan cairan melalui ginjal (diuretik, osmotik)
  • Kehilangan cairan melalui saluran GI (muntah, diare, selang nasogastrik)
  • Gangguan efisiensi jantung
  • Infark miokard
  • Gagal jantung kongestif
  • Disritmia
  • Syok kardiogenik
  • Vasodilatasi
  • Sepsis
  • Anafilaksis 
  • Medikasi antihipertensif atau medikasi lain yang menyebabkan vasodilatasi

      2.      Pascaginjal atau obstruksi. Terjadi akibat obstruksi aliran urin, misalnya obstruksi pada kandung kemih, uretra, kedua ureter, dan sebagainya. Kondisi pasca renal yang menyebabkan gagal ginjal akut biasanya akibat dari obstruksi di bagian distal ginjal. Obstruksi ini dapat disebabkan oleh kondisi-kondisi sebagai berikut :
  • Batu traktus urinarius
  • Tumor
  • BPH
  • Striktur
  • Bekuan darah

   3.      Ginjal atau intrinsik atau parenkimal. Akibat penyakit pada ginjal atau pembuluhnya. Terdapat kelainan histologi dan kesembuhan tidak terjadi dengan segera pada perbaikan faktor praginjal atau obstruksi, misalnya nekrosis tubular akut, nekrosis kortikal akut, penyakit glomerulus akut, obstruksi vaskular akut, dan nefrektomi. Penyebab intra renal gagal ginjal akut adalah kerusakan glumerulus atau tubulus ginjal yang dapat disebabkan oleh hal-hal berikut ini :
  • Cedera akibat terbakar dan benturan
  • Reaksi transfusi yang parah
  • Agen nefrotoksik
  • Antibiotik aminoglikosida
  • Agen kontras radiopaque
  • Logam berat (timah, merkuri)
  • Obat NSAID
  • Bahan kimia dan pelarut (arsenik, etilen glikol, karbon tetraklorida)
  • Pielonefritis akut
  • glumerulonefritis


Patofisiologi

Terdapat empat tahapan klinik dari gagal ginjal akut sebagai berikut :
a.    Periode Awal
Merupakan awal kejadian penyakit dan diakhiri dengan terjadinya oliguria.
b.    Periode Oliguri
Pada periode ini volume urin kurang dari 400 ml/24 jam, disertai dengan peningkatan konsentrasi serum dari substansi yang biasanya diekskresikan oleh ginjal (urea, kreatinin, asam urat, kalium dan magnesium). Pada tahap ini untuk pertama kalinya gejala uremik muncul, dan kondisi yang mengancam jiwa seperti hiperkalemia terjadi.
c.    Periode Diuresis
Pasien menunjukkan peningkatan jumlah urin secara bertahap, disertai tanda perbaikan glumerulus. Nilai laboratorium berhenti meningkat dan akhirnya menurun. Tanda uremik mungkin masih ada, sehingga penatalaksanaan medis dan keperawatan masih diperlukan. Pasien harus dipantau ketat akan adanya dehidrasi selama tahap ini. Jika terjadi dehidrasi, tanda uremik biasanya meningkat.
d.   Periode Penyembuhan
·         Merupakan tanda perbaikan fungsi ginjal dan berlangsung selama 3 – 12 bulan
·         Nilai laboratorium akan kembali normal
·         Namun terjadi penurunan GFR permanen 1% – 3%

Manifestasi Klinis
a.       Anuria (kurang dari 50 ml perhari )
b.      oliguria ( urin kurang dari 400 ml perhari)
c.       Peningkatan kadar nitrogen urea darah (BUN) dan kreatinin serum dan retensi produk sampah metabolik yang normalnya dieksresikan oleh ginjal
d.      Tampak menderita, letargi disertai mual persisten,  muntah dan diare
e.       kulit dan membran mukosa kering akibat dehidrasi dan nafas mungkin berbau urin ( fetor uremik)
f.       Rasa lemah, sakit kepala, kedutan otot, kejang
g.      Perubahan aluran urin sedikit dan dapat mengandung darah dan gravitas spesifiknya rendah ( N: 1,015 – 1,025)
h.      Hiperkalemia tidak mampu mengekresikan kalium, menyebabkan disritmia dan henti jantung
i.        Asidosis metabolik, ditandai dengan penurunan  kandungan karbondikosida darah dan pH darah
j.        Anemia, akibat dari penurunan produksi eritropoetin, lesi gastrointestinal uremik, penurunan sel darah merah, kehilangan darah.

Diagnosis
Diagnosis kelainan praginjal ditegakkan berdasarkan adanya tanda-tanda gagal ginjal akut (biasanya oliguria dengan kenaikan kreatinin dan ureum plasma), urin yang terkonsentrasi dengan retensi natrium sehingga konsentrasi natrium urin rendah, dan perbaikan bila faktor praginjal dihilangkan. Umumnya penyebab jelas diketahui.
Kemungkinan obstruksi harus dipertimbangkan sejak awal. Biasanya diperlukan pemeriksaan berupa memasukkan kateter ureter dan USG ginjal.
Pada kelainan intrinsik, penyebab paling sering adalah nekrosis tubular akut. Terjadi kerusakan yang parah tapi reversibel pada sel-sel tubulus, biasanya akibat syok atau nefrotoksin. Gejala biasanya gagal ginjal dengan oliguria akut yang sembuh spontan dalam 1-3 minggu. Dapat pula disebabkan obstruksi tubular akut, reaksi alergi, dan sebagainya. Gambaran klinis biasanya gagal ginjal dengan oliguria akut, oliguria berat, atau anuria. Diagnosis pasti ditegakkan dengan biopsi ginjal untuk mengetahui kelainan patologinya.

Komplikasi
·         Jantung: edema paru, aritmia, efusi perikardium
·         Gangguan elektrolit: hiperkalemia, hiponatremia, asidosis
·         Neurologi: iritabilitas neuromuskular, flap, tremor, koma, gangguan kesadaran, kejang
·         Gatrointestinal: nausea, muntah, gastritis, ulkus peptikum, perdarahan gastrointestinal
·         Hematologi: anemia, diatesis hemoragik
·         Infeksi: pneumonia, septikemia, infeksi nosokomial

Penatalaksanaan
Perbedaannya dengan gagal ginjal kronik adalah pasien memiliki kemungkinan lebih besar memerlukan terapi spesifik dengan cepat, lebih terlihat sakit, lebih jelas oliguria, dan lebih terpapar kemungkinan komplikasi akut seperti hiperkalemia dan perdarahan saluran cerna.
Penatalaksanaan yang terpenting adalah mengetahui di mana letak kelainannya. Kemudian gagal ginjal ditatalaksana sampai fungsinya kembali.
Bila kelainannya praginjal, perbaikan dapat langsung terjadi bila faktor penyebabnya dihilangkan. Namun pada beberapa kasus, perbaikan baru terjadi setelah beberapa jam
Pada kasus obstruksi, penyebab harus dihilangkan secara permanen karena dapat menyebabkan gangguan fungsi tubulus yang berat. Diuresis masif dapat terjadi setelah obstruksi akut dihilangkan. Jika kehilangan cairan tidak segera diganti, dapat terjadi dehidrasi berat atau hipernatremia.

Penatalaksanaan secara umum adalah:

1.    Diagnosa dan tatalaksana penyebab
   a. Kelainan praginjal. Dilakukan pengkajian klinis meliputi faktor pencetus, keseimbangan cairan, dan status dehidrasi. Kemudian diperiksa konsentrasi natrium urin, volume darah dikoreksi, diberikan diuretik, dipertimbangkan pemberian inotropik, dan dopamin.
  b. Kelainan pascaginjal. Dilakukan pengkajian klinis meliputi apakah kandung kemih penuh, ada pembesaran prostat, gangguan miksi, atau nyeri pinggang. Dicoba memasang kateter urin, selain untuk mengetahui adanya obstruksi juga untuk pengawasan akurat dari urin dan mengambil bahan pemeriksaan. Bila perlu dilakukan USG ginjal.
   c. Kelainan ginjal. Dilakukan pengkajian klinis, urinalisa, mikroskopik urin, dan pertimbangkan kemungkinan biopsi ginjal, arteriografi, atau tes lainnya.


2.    Penatalaksanaan gagal ginjal
    a. Mencapai dan mempertahankan keseimbangan natrium dan air. Masukan natrium dibatasi hingga 60 mmol/hari dan cairan cukup 500 ml/hari di luar kekurangan hari sebelumnya atau 30 ml/jam di luar jumlah urin yang dikeluarkan jam sebelumnya. Namun keseimbangan harus terus diawasi.
   b. Memberikan nutrisi yang cukup. Bisa melalui suplemen tinggi kalori atau hiperalimentasi intravena.
  c. Mencegah dan memperbaiki hiperkalemia. Dilakukan perbaikan asidosis, pemberian glukosa dan insulin intravena, penambahan kalium, pemberian kalsium intravena pada kedaruratan jantung dan dialisis.
  d. Mencegah dan memperbaiki infeksi, terutama ditujukan terhadap infeksi saluran napas dan nosokomial. Demam harus segera dideteksi dan diterapi. Kateter harus segera dilepas bila diagnosis obstruksi kandung kemih dapat disingkirkan.
   e. Mencegah dan memperbaiki perdarahan saluran cerna. Feses diperiksa untuk adanya perdarahan dan dapat dilakukan endoskopi. Dapat pula dideteksi dari kenaikan rasio ureum/kreatinin, disertai penurunan hemoglobin. Biasanya antagonis histamin H (misalnya ranitidin) diberikan pada pasien sebagai profilaksis.
  f. Dialisis dini atau hemofiltrasi sebaiknya tidak ditunda sampai ureum tinggi, hiperkalemia, atau terjadinya kelebihan cairan. Ureum tidak boleh melebihi 30-40 mmol/ liter. Secara umum continous haemofiltration dan dialisis peritoneal paling baik dipakai di ruang intensif, sedangkan hemodialisis intermiten dengan kateter subklavia ditujukan untuk pasien lain dan sebagai tambahan untuk pasien katabolik yang tidak adekuat dengan dialisis peritoneal atau hemofiltrasi.

3. Penatalaksanaan organ lain
Umumnya pada pasien dengan kegagalan multiorgan, prognosisnya lebih buruk.

Prognosis
Kematian biasanya disebabkan karena penyakit penyebab, bukan gagal ginjal itu sendiri. Prognosis buruk pada pasien lanjut usia dan bila terdapat gagal organ lain. Penyebab kematian tersering adalah infeksi (30-50%), perdarahan terutama saluran cerna (10-20%), jantung (10-20%), gagal napas (105), dan gagal multiorgan dengan kombinasi hipotensi, septikemia, dan sebagainya.



Kata Kunci Pencarian : Gagal Ginjal Akut, Nefrologi, Jurnal, Skripsi, Makalah, Karya Tulis Ilmiah, Referat, Tesis, Desertasi, SKP (Satuan Kredit Profesi), Kompetensi, pdf, word, .pdf, .doc, .docx, Ilmu Penyakit Dalam, Disertasi, Refrat, modul BBDM, Belajar Bertolak Dari Masalah, Problem Based  Learning, askep (asuhan keperawatan)

0 comments:

Posting Komentar

Posting Terbaru

Silahkan Like di Facebook untuk mengikuti perkembangan artikel baru

Entri Populer

Kehidupan yang bermanfaat adalah kehidupan hebat

Ilmu adalah kunci kemajuan

Back to Top

Terima Kasih Telah Berkunjung

Diberdayakan oleh Blogger.