Filariasis (Penyakit Kaki Gajah)

Definisi
          Filariasis (penyakit kaki gajah) merupakan penyakit menular kronik yang disebabkan sumbatan parasit filaria di kelenjar / saluran limfe atau getah bening, menimbulkan gejala klinis akut berupa demam berulang, radang kelenjar / saluran getah bening, edema dan gejala kronik berupa elefantiasis.
          Penyakit ini dapat bersifat menahun (kronis) dan bila tidak mendapatkan pengobatan, dapat menimbulkan cacat menetap berupa pembesaran kaki, lengan dan alat kelamin baik perempuan maupun laki-laki.
Penyakit Kaki Gajah bukanlah penyakit yang mematikan, namun demikian bagi penderita mungkin menjadi sesuatu yang dirasakan memalukan bahkan dapat mengganggu aktifitas sehari-hari.

         Penyakit Kaki Gajah umumnya banyak terdapat pada wilayah tropis. Menurut info dari WHO, urutan negara yang terdapat penderita mengalami penyakit kaki gajah adalah Asia Selatan (India dan Bangladesh), Afrika, Pasifik dan Amerika. Belakangan banyak pula terjadi di negara Thailand dan Indonesia (Asia Tenggara).
Kaki gajah, filaria, filariasis, nyamuk anopheles, anopheles, mikrofilaria, tahap infektif, tahap diagnosis, diagnosa, praktikum, parasitologi, kedokteran, laboratorium, proboscis,proboskis, larva, larvae
Siklus filariasis Wuchereria bancrofti. Gambar oleh CDC:Alexander J. da Silva, PhD/Melanie Moser.
Etiologi
         Seseorang tertular filariasis bila digigit nyamuk yang mengandung larva infektif cacing filaria. Nyamuk yang menularkan filariasis adalah Anopheles, Culex, Mansonia, Aedes dan Armigeres. Nyamuk tersebut tersebar luas di seluruh Indonesia sesuai dengan keadaan lingkungan habitatnya (got/saluran air, sawah, rawa, hutan). Vektor penyakit ini beberapa ada yang sama dengan penyebar malariaFilariasis disebabkan oleh infestasi satu atau lebih cacing jenis filaria, yaitu Wuchereria bancrofti, Brugia malayi, dan Brugia timori.

1. Wuchereria bancrofti
Periodisitas keberadaan mikrofilaria dalam darah tepi tergantung spesies. Mikrofilaria W. bancrofti pada belahan bumi selatan termasuk Indonesia, umumnya ditemukan pada malam hari sedangkan di daerah Pasifik bersifat subperiodik diurna. Parasit ini ditularkan oleh nyamuk Culex quinquefasciatus di daerah perkotaan dan nyamuk Anopheles serta nyamuk Aedes sebagai vektor di daerah pedesaan. Daur hidup parasit ini sangat panjang. Pertumbuhannya dalam tubuh nyamuk sekitar dua minggu dan pada manusia diduga selama 7 bulan. Mikrofilaria yang terisap nyamuk akan masuk ke lambung melepaskan kulitnya, lalu menembus dindingya untuk bersarang pada otot toraks dan melepaskan larva stadium I. Larva stadium I bertukar kulit 2 kali berturut-turut menjadi larva stadium II kemudian larva stadium III yang sangat aktif. Bentuk aktif ini bermigrasi sampai ke alat tusuk nyamuk. Melalui gigitan nyamuk maka larva stadium III ini masuk ke dalam tubuh hospes dan di saluran limfe Larva mengalami pergantian kulit dan tumbuh sebagai larva stadium IV dan stadium V atau cacing dewasa.

2. Brugia malayi dan Brugia timori
Mikrofilaria B. malayi mempunyai periodisitas nokturna dan nonperiodik sedangkan B. timori bersifat nokturna. B. malayi yang hidup pada manusia ditularkan oleh nyamuk Anopheles barbirostris. B. malayi yang hidup pada manusia dan hewan oleh nyamuk Mansonis. B. timori ditularkan oleh nyamuk A. barbirostris. Masa pertumbuhan parasit ini dalam tubuh nyamuk sekitar 10 hari dan dalam tubuh mnusia kurang lebih 3 bulan. Fase perkernbangan kedua parasit ini sama dengan W. bancrofti.

Manifestasi Klinis

1. W. bancrofti
Perjalanan penyakit filaria limfatik dapat dibagi dalam 3 stadium, yaitu stadium tanpa gejala, stadium akut, dan stadium menahun. Mikrofilaria biasanya tidak menimbulkan gejala. Stadium akut ditandai dengan peradangan pada saluran dan kelenjar limfe berupa limfadenitis, limfangitis retrograde dan khusus pada pria dapat ditemukan funikulitis, epididimitis, dan orkitis. Pada stadium menahun, gejala yang dapat dijumpai adalah hidrokel, limfedema dan elefantiasis.

2. B. malayi dan B. timori
Keduanya menampakkan gejala klinis yang sama. Stadium akut ditandai dengan demam, peradangan saluran dan kelenjar limfe yang berulang, limfangitis retrograde tetapi tidak pernah mengenai sistem limfe alat kelamin.

Filariasis tanpa Gejala 

  • Umumnya di daerah endemik
  • Pada pemeriksaan fisik hanya ditemukan pembesaran kelenjar limfe terutama di daerah inguinal.
  • Pada pemeriksaan darah ditemukan mikrofilaria dalam jumlah besar dan eosinofilia.

Filariasis dengan Peradangan
  • Demam, menggigil, sakit kepala, muntah dan lemah yang dapat berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu.
  • Organ yang terkena terutama saluran limfe tungkai dan alat kelamin.
  • Pada laki-laki umumnya terdapat funikulitis disertai penebalan dan rasa nyeri, epididimitis, orkitis dan pembengkakan skrotum.
  • Serangan akut dapat berlangsung satu bulan atau lebih.
  • Bila keadaannya berat dapat menyebabkan abses ginjal, pembengkakan epididimis, jaringan retroperitoneal, kelenjar inguinal dan otot ileopsoas.

Filariasis dengan Penyumbatan
  • Pada stadium menahun terjadi jaringan granulasi yang proliferatif serta pelebaran saluran limfe yang luas lalu timbul elefantiasis.
  • Penyumbatan duktus torasikus atau saluran limfe perut bagian tengah mempengaruhi skrotum dan penis pada laki-laki dan bagian luar alat kelamin pada perempuan.
  • Infeksi kelenjar inguinal dapat mempengaruhi tungkai dan bagian luar alat kelamin.
  • Elefantiasis umumnya mengenai tungkai serta alat kelamin dan menyebabkan perubahan yang luas.
  • Bila saluran limfe kandung kencing dan ginjal pecah akan timbul kiluria (keluarnya cairan limfe dalam urin)
  • Sedangkan bila yang pecah tunika vaginalis akan terjadi hidrokel atau kilokel, dan bila yang pecah saluran limfe peritoneum terjadi asites yang mengandung kilus.
  • Gambaran yang sering tampak ialah hidrokel dan limfangitis alat kelamin.
  • Limfangitis dan elefantiasis dapat diperberat oleh infeksi sekunder Streptococcus.


Diagnosis

Diagnosis dapat ditegakkan dengan:
  1. Anamnesis yang berhubungan dengan nyamuk di daerah endemik.
  2. Gejala klinis
  3. Mikrofilaria dalam darah tepi. Pada filaria bancrofti, mikrofilaria juga ditemukan pada cairan hidrokel atau cairan kiluria.
  4. Biopsi kelenjar atau jaringan limfe, di mana akan didapatkan potongan cacing dewasa
  • Diagnosis filariasis dapat ditegakkan secara klinis.
  • Diagnosis dipastikan dengan menemukan mikrofilaria dalam darah tepi yang diambil malam hari (pukul 22.00 – 02.00 dinihari) dan dipulas dengan pewarnaan Giemsa.
  • Pada keadaan kronik pemeriksaan ini sering negatif.

Penatalaksanaan

1. Perawatan umum
  • Istirahat ditempat tidur bila dipindahkan ke daerah dingin akan mengurangi derajat serangan akut.
  • Antibiotik dapat diberikan untuk mengatasi infeksi sekunder dan abses.
  • Pengikatan di daerah pembendungan akan mengurangi edema.
2. Medikamentosa
Obat pilihan adalah dietilkarbamasin sitrat (DEC). Dosis untuk filariasis bancrofti adalah 6 mg/kg BB/hari selama 12 hari dan dosis ini dapat diulang 2-3 kali. Dosis untuk filariasis brugia adalah 5 mg/kg BB/hari selama 10 hari dan dosis ini dapat diulang 2-3 kali.
  • Pengobatan masal (rekomendasi WHO) adalah DEC 6 mg/kgBB dan albendazol 400mg  (+ parasetamol) dosis tunggal, sekali setahun selama 5 tahun.
  • Implementation unit (IU) adalah kecamatan / wilayah kerja puskesmas (jumlah penduduk 8.000 – 10.000 orang).
Tabel Dosis DEC untuk filariasis berdasarkan umur
Umur
DEC (100mg)
Albendazol (400mg)
2 – 6 tahun
1 tablet
1 tablet
7 – 12 tahun
2 tablet
1 tablet
> 13 tahun
3 tablet
1 tablet
Sumber : PEDOMAN PENGOBATAN DASAR DI PUSKESMAS, DEPKES RI


3. Pembedahan
Pada filariasis limfatik, hidrokel besar dan elefantiasis skrotal dapat ditangani dengan pembedahan eksisi. Mengkoreksi elafantiasis tungkai utuh biasanya cukup sulit yang mungkin membutuhkan  beberapa prosedur dan skin grafting yang berkali-kali.
Pada onchocerciasis, nodulektomi dengan anestesi lokal adalah tindakan penanganan yang biasa dilakukan untuk mengurangi komplikasi kulit dan mata.  

Makanan dan aktivitas
Makanan berlemak dilarang untuk penderita yang terbukti memiliki kiluria yang berhubungan dengan filariasis limfatik.
Pasien yang mengalami filariasis kronik limfatik dihimbau untuk memobilisasi (menggerakkan) (dengan sokongan perban) tungkai yang terinfeksi.

Pencegahan
Menghindari gigitan serangga vektor pada penghuni daerah endemis biasanya cukup sulit, tetapi hal ini dapat dikurangi dengan menggunakan repellent (penangkal) nyamuk dan jaring nyamuk, terutama untuk orang luar yang akan mengunjungi daerah endemis tersebut.

Konsultasi
Untuk mencegah penatalaksanaan yang kurang tepat, dihimbau berkonsultasi dengan ahli penyakit menular di institusi resmi pada semua kasus yang ditemukan di luar daerah endemis. Beberapa konsultasi lainnya yang mungkin diperlukan pada kasus individu adalah dengan :


  • Urolog
  • Oftalmolog
  • Bedah Umum
  • Bedah Estetik

Prognosis
Stadium mikrofilaria, limfangitis, dan limfedema dapat disembuhkan dengan pengobatan DEC, tetapi kasus lanjut seperti elefantiasis prognosisnya lebih buruk.



Kata Kunci Pencarian : Filariasis, Penyakit Kaki Gajah, Parasit, Parasitologi, Jurnal, Makalah, Referat, Artikel, Skripsi, Tesis, Desertasi, SKP (Satuan Kredit Profesi), Kompetensi, pdf, word, .pdf, .doc, .docx, Ilmu Penyakit Dalam, Infeksi Tropik, Karya Tulis Ilmiah, Disertasi, 
Refrat, modul BBDM, Belajar Bertolak Dari Masalah, Problem Based Learning, askep (asuhan keperawatan)

0 comments:

Posting Komentar

Posting Terbaru

Silahkan Like di Facebook untuk mengikuti perkembangan artikel baru

Entri Populer

Kehidupan yang bermanfaat adalah kehidupan hebat

Ilmu adalah kunci kemajuan

Back to Top

Terima Kasih Telah Berkunjung

Diberdayakan oleh Blogger.